0 KAJIAN PANTANGAN ILMU

KAJIAN PANTANGAN ILMU


Apakah ilmu ghoib bisa hilang karena berbuat maksiat?? Pertanyaan ini sering saya dapatkan. Maka saya jawab: jika ILMU SEJATI maka tidak akan hilang karena sebab seperti itu. Kecuali jika Tuhan telah menghendaki. Sama juga, apakah ilmu yang sudah diijazahkan bisa dicabut kembali? Tentu saja tidak.
Ilmu Sejati
Apakah ilmu Sejati itu? Jangan salah, jika saya mengatakan ilmu Sejati itu jangan diartikan Ilmu Putih (ilmu aliran putih / tidak sesat). Ilmu sejati adalah
ilmu yang dikuasai dengan melibatkan RASA PRIBADI. Apapun jenis ilmunya, ilmu putih ataupun ilmu hitam.
Jika anda mengamalkan suatu wirid ilmu ataupun di transfer energi ghoib oleh Guru, tetapi anda tidak bisa merasakan keberadaan ilmu dalam diri anda maka itu belum bisa disebut ilmu Sejati, walaupun anda bisa membuktikan tuah khasiatnya. Perumpamaannya seperti orang awam memakai jimat, walaupun ia tidak belajar ilmu ghoib, namun tetap bisa menggunakan khasiat jimat tersebut. Tetapi jika jimatnya hilang maka hilang pula keajaiban dalam dirinya. Ini bukan Ilmu Sejati.
Kita paham, keajaiban suatu ilmu (mantra-aji, hizib dan asma) tidak akan terbukti bila hanya sekedar dibaca. Tetapi juga membutuhkan lelaku (riyadhoh, tirakat seperti berpuasa, tidak tidur, meditasi, membaca wirid/mantra dengan istiqomah dan lain sebagainya). Dari lelaku tersebut akan timbul RASA. Berupa getaran keberadaan ilmu yang bisa dirasakan secara fisik. Sampai tahap ini, kita akan tahu dan yakin akan keberadaan tuah ilmu dalam diri kita. Bukan sekedar imajinasi atau katanya si A, si B, guru C, guru D. Inilah yang dimaksud menguasai ilmu dengan “melibatkan Rasa Pribadi”.
Taraf ini bisa dicapai oleh siapa saja, dengan lelaku apa saja, artinya tidak ada lelaku yang baku. Biasanya dengan bermantra, berpuasa, melek, meditasi, olah nafas dan lain sebagainya. Bagi saya pribadi segala bentuk lelaku tersebut seperti sebuah antena untuk mempermudah menangkap sinyal ghoib. Kenyataannya ketika dalam kondisi riyadhoh misal berpuasa, saya bisa lebih peka dalam merasakan getaran ilmu dan sinyal ghoib.
Jika khasiat (tuah) ilmu diperoleh dengan cara melibatkan rasa pribadi, maka ilmu tidak akan hilang oleh sebab suatu hal, misalnya berbuat maksiat. Ini ibarat belajar renang atau belajar main gitar, pada awalnya kita harus bisa menemukan  kesamaan nada yang tepat dari senar-senar gitar. Jika telah menemukan “rasa” yang tepat maka dijadikan sebagai kunci untuk latihan selanjutnya. Walaupun kaki atau tangan cidera, tetap bisa berenang mengapung di air. Walaupun tanpa memegang gitar, bisa tahu nada yang tepat. Begitu juga tuah ilmu Sejati, walaupun berbuat asusila sekalipun, tetap bisa menemukan getaran tuah ilmunya. Walaupun ada orang sakti yang berusaha menutup atau mencabut tuah ilmunya, ia akan tetap bisa menemukan kembali ilmunya.
Pantangan Ilmu
Ilmu-ilmu hikmah keghoiban selalu berdampingan dengan pantang-larang. Namun arti sebuah “pantangan ilmu” jangan dipahami secara sempit.
Ada kalanya seorang Guru memberikan wejangan (petuah) tentang pantangan ilmu yang diajarkan yaitu jauhi 5 M (mo-limo), yaitu Mencuri, Mabuk, Main Judi, Main perempuan (zina), Madat (penyalahgunaan narkotika).
Sebenarnya hal ini lebih mengarah kepada maksud untuk mengajarkan budi pekerti (akhlak) kepada murid melalui proses ilmu hikmah. Pantangan Molimo merupakan ajaran bijak dari para Guru, agar muridnya bisa hidup teratur dan benar. Sebab seorang Guru juga memiliki kewajiban membimbing muridnya, menjaga nama baik dan mengharumkan nama perguruannya.
Setiap pelanggaran dari pantangan tersebut akan membawa resiko terhadap diri pribadi, tapi tidak kepada ilmunya. Misalnya, seseorang menggunakan ilmunya untuk mencuri maka resikonya jika ketahuan bisa dihakimi warga atau dipenjara. Jika suka main Judi, maka resikonya uang dan harta bisa ludes akhirnya hidup miskin. Suka berzina dan selingkuh, resikonya bisa dibacok suaminya, atau bahkan bisa kena penyakit kelamin (Sipilis & Aids). Suka Mabuk dan Madat maka beresiko terhadap kesehatannya. Ini namanya hukum alam (karma), berlaku bagi siapapun, baik orang awam atau orang berilmu tinggi sekalipun.
Jadi perbuatan 5 M tadi sebenarnya tidak melenyapkan ilmunya. Ilmu ghoibnya tetap ada, hanya mungkin berkurang khasiatnya, berkurang pancaran aura / kharismanya, oleh sebab kepercayaan diri sang pengamalnya tidak lagi kuat.
Pondasi ilmu dibangun oleh sugesti (keyakinan) sang pengamalnya. Kondisi mental ini sangat berkaitan dengan ilmu yang dirapalnya. Ketika ia menyadari telah melanggar pantangan maka keyakinan terhadap tuah ilmunya menjadi berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Akhirnya nyalinya ciut dan ilmunya terasa tidak lagi berkhasiat. Sebaliknya seseorang yang rohaninya bersih, hatinya tentram tidak pernah melanggar pantangan, maka dirinya semakin percaya diri dan ilmunya pun menjadi lebih mapan.
Bagaimana jika pantangan menjauhi 5 M ini adalah perjanjian dengan sang Khodam ilmu?
Ilmu Khodam & Pantangannya
Sesungguhnya hanya ilmu yang mendayagunakan khodam saja yang rentan terhadap pantangan. Baik pantangan berupa benda, makanan, perbuatan ataupun tempat. Jika dilanggar, maka sang Khodam (pembantu ghoib) akan pergi, dan keajaiban ilmu akan terhenti.
Misalnya Ilmu kebal tidak boleh makan pisang emas, atau pemakai Susuk tidak boleh makan sayur Kelor dan sebagainya. Jika pantangan dilanggar maka tuah ilmunya akan lenyap. Sebab khodam ilmunya (JIN) telah pergi dari dalam dirinya. Ini hanya sekedar contoh, tidak semua ilmu kebal dan susuk berpantangan seperti itu. Tergantung jenis ilmunya.
Dulu saat remaja saya pernah meminta ilmu kebal kepada seorang paranormal. Lalu beliau memberikan pantangan tidak boleh makan jantung pisang. Dan memberi wejangan bahwa jika bukan ilmu sejati maka tidak akan bertahan lama. Selama itu saya memang tidak pernah mendalami ilmu ini, hanya sekedar merasakan tuahnya saja. Tidak disangka 1 tahun kemudian tanpa disadari saya memakan sayur jantung pisang. Setelah itu saya coba menyayat lengan dan ternyata berdarah. Hilang sudah khasiatnya, dan seperti petuah beliau ilmu tersebut tidak bertahan lama dalam diri saya.
Ada juga sebuah pengalaman dari seseorang yang mempunyai Khodam (pembantu) dari kalangan bangsa JIN, tiba-tiba ia tidak lagi bisa berkomunikasi dengan sang khodam, karena saat itu ia sedang mengamalkan Ilmu Haq. Ada pula karena sedang ikut Rukyah atau karena mendatangi orang sholeh yang dirahmati Allah ta’ala. Khodamnya langsung minggat entah kemana.
Bagaimana dengan Ilmu di Rasa Sejati ini?
Ilmu Rasa Sejati adalah ilmu yang dibangun dari pengembangan potensi diri. Menguasai suatu ilmu dengan melibatkan pengalaman rasa pribadi. Dengan cara melakukan riyadhoh (penempaan diri) melalui lelaku puasa, melek, membaca wirid dan Asma / mantra agung dll yang dilakukan dengan istiqomah. Harapannya agar memperoleh ilmu yang Sejati. Tidak bergantung kepada Khodam (JIN), tidak mengandalkan orang lain, guru, paranormal atau siapa saja kecuali hanya kepada sang pemberi hidup yaitu Tuhan YME. Ilmu Sejati yang tidak akan hilang karena sebab melakukan suatu perbuatan ataupun memakan sesuatu. Kecuali Tuhan telah menghendakinya.
—o0o—
Ki UmarJogja
rasasejati.wordpress.com