KAJIAN PANTANGAN ILMU
Apakah ilmu ghoib bisa hilang karena berbuat maksiat?? Pertanyaan
ini sering saya dapatkan. Maka saya jawab: jika ILMU SEJATI maka tidak
akan hilang karena sebab seperti itu. Kecuali jika Tuhan telah
menghendaki. Sama juga, apakah ilmu yang sudah diijazahkan bisa dicabut
kembali? Tentu saja tidak.
Ilmu Sejati
Apakah ilmu
Sejati itu? Jangan salah, jika saya mengatakan ilmu Sejati itu jangan
diartikan Ilmu Putih (ilmu aliran putih / tidak sesat). Ilmu sejati
adalah
ilmu yang dikuasai dengan melibatkan RASA PRIBADI. Apapun jenis
ilmunya, ilmu putih ataupun ilmu hitam.
Jika anda
mengamalkan suatu wirid ilmu ataupun di transfer energi ghoib oleh Guru,
tetapi anda tidak bisa merasakan keberadaan ilmu dalam diri anda maka
itu belum bisa disebut ilmu Sejati, walaupun anda bisa membuktikan tuah
khasiatnya. Perumpamaannya seperti orang awam memakai jimat, walaupun ia
tidak belajar ilmu ghoib, namun tetap bisa menggunakan khasiat jimat
tersebut. Tetapi jika jimatnya hilang maka hilang pula keajaiban dalam
dirinya. Ini bukan Ilmu Sejati.
Kita paham,
keajaiban suatu ilmu (mantra-aji, hizib dan asma) tidak akan terbukti
bila hanya sekedar dibaca. Tetapi juga membutuhkan lelaku (riyadhoh,
tirakat seperti berpuasa, tidak tidur, meditasi, membaca wirid/mantra
dengan istiqomah dan lain sebagainya). Dari lelaku tersebut akan timbul
RASA. Berupa getaran keberadaan ilmu yang bisa dirasakan secara fisik.
Sampai tahap ini, kita akan tahu dan yakin akan keberadaan tuah ilmu
dalam diri kita. Bukan sekedar imajinasi atau katanya si A, si B, guru
C, guru D. Inilah yang dimaksud menguasai ilmu dengan “melibatkan Rasa
Pribadi”.
Taraf ini
bisa dicapai oleh siapa saja, dengan lelaku apa saja, artinya tidak ada
lelaku yang baku. Biasanya dengan bermantra, berpuasa, melek, meditasi,
olah nafas dan lain sebagainya. Bagi saya pribadi segala bentuk lelaku
tersebut seperti sebuah antena untuk mempermudah menangkap sinyal ghoib.
Kenyataannya ketika dalam kondisi riyadhoh misal berpuasa, saya bisa
lebih peka dalam merasakan getaran ilmu dan sinyal ghoib.
Jika khasiat
(tuah) ilmu diperoleh dengan cara melibatkan rasa pribadi, maka ilmu
tidak akan hilang oleh sebab suatu hal, misalnya berbuat maksiat. Ini
ibarat belajar renang atau belajar main gitar, pada awalnya kita harus
bisa menemukan kesamaan nada yang tepat dari senar-senar gitar. Jika
telah menemukan “rasa” yang tepat maka dijadikan sebagai kunci untuk
latihan selanjutnya. Walaupun kaki atau tangan cidera, tetap bisa
berenang mengapung di air. Walaupun
tanpa memegang gitar, bisa tahu nada yang tepat. Begitu juga tuah ilmu
Sejati, walaupun berbuat asusila sekalipun, tetap bisa menemukan getaran
tuah ilmunya. Walaupun ada orang sakti yang berusaha menutup atau
mencabut tuah ilmunya, ia akan tetap bisa menemukan kembali ilmunya.
Pantangan Ilmu
Ilmu-ilmu
hikmah keghoiban selalu berdampingan dengan pantang-larang. Namun arti
sebuah “pantangan ilmu” jangan dipahami secara sempit.
Ada kalanya
seorang Guru memberikan wejangan (petuah) tentang pantangan ilmu yang
diajarkan yaitu jauhi 5 M (mo-limo), yaitu Mencuri, Mabuk, Main Judi,
Main perempuan (zina), Madat (penyalahgunaan narkotika).
Sebenarnya
hal ini lebih mengarah kepada maksud untuk mengajarkan budi pekerti
(akhlak) kepada murid melalui proses ilmu hikmah. Pantangan Molimo
merupakan ajaran bijak dari para Guru, agar muridnya bisa hidup teratur
dan benar. Sebab seorang Guru juga memiliki kewajiban membimbing
muridnya, menjaga nama baik dan mengharumkan nama perguruannya.
Setiap
pelanggaran dari pantangan tersebut akan membawa resiko terhadap diri
pribadi, tapi tidak kepada ilmunya. Misalnya, seseorang menggunakan
ilmunya untuk mencuri maka resikonya jika ketahuan bisa dihakimi warga
atau dipenjara. Jika suka main Judi, maka resikonya uang dan harta bisa
ludes akhirnya hidup miskin. Suka berzina dan selingkuh, resikonya bisa
dibacok suaminya, atau bahkan bisa kena penyakit kelamin (Sipilis &
Aids). Suka Mabuk dan Madat maka beresiko terhadap kesehatannya. Ini
namanya hukum alam (karma), berlaku bagi siapapun, baik orang awam atau
orang berilmu tinggi sekalipun.
Jadi
perbuatan 5 M tadi sebenarnya tidak melenyapkan ilmunya. Ilmu ghoibnya
tetap ada, hanya mungkin berkurang khasiatnya, berkurang pancaran aura /
kharismanya, oleh sebab kepercayaan diri sang pengamalnya tidak lagi
kuat.
Pondasi ilmu
dibangun oleh sugesti (keyakinan) sang pengamalnya. Kondisi mental ini
sangat berkaitan dengan ilmu yang dirapalnya. Ketika ia menyadari telah
melanggar pantangan maka keyakinan terhadap tuah ilmunya menjadi
berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Akhirnya nyalinya ciut dan
ilmunya terasa tidak lagi berkhasiat. Sebaliknya seseorang yang
rohaninya bersih, hatinya tentram tidak pernah melanggar pantangan, maka
dirinya semakin percaya diri dan ilmunya pun menjadi lebih mapan.
Bagaimana jika pantangan menjauhi 5 M ini adalah perjanjian dengan sang Khodam ilmu?
Ilmu Khodam & Pantangannya
Sesungguhnya
hanya ilmu yang mendayagunakan khodam saja yang rentan terhadap
pantangan. Baik pantangan berupa benda, makanan, perbuatan ataupun
tempat. Jika dilanggar, maka sang Khodam (pembantu ghoib) akan pergi,
dan keajaiban ilmu akan terhenti.
Misalnya Ilmu kebal tidak boleh makan pisang emas, atau pemakai Susuk tidak boleh makan sayur Kelor
dan sebagainya. Jika pantangan dilanggar maka tuah ilmunya akan lenyap.
Sebab khodam ilmunya (JIN) telah pergi dari dalam dirinya. Ini hanya
sekedar contoh, tidak semua ilmu kebal dan susuk berpantangan seperti
itu. Tergantung jenis ilmunya.
Dulu saat
remaja saya pernah meminta ilmu kebal kepada seorang paranormal. Lalu
beliau memberikan pantangan tidak boleh makan jantung pisang. Dan
memberi wejangan bahwa jika bukan ilmu sejati maka tidak akan bertahan
lama. Selama itu saya memang tidak pernah mendalami ilmu ini, hanya
sekedar merasakan tuahnya saja. Tidak disangka 1 tahun kemudian tanpa
disadari saya memakan sayur jantung pisang. Setelah itu saya coba
menyayat lengan dan ternyata berdarah. Hilang sudah khasiatnya, dan
seperti petuah beliau ilmu tersebut tidak bertahan lama dalam diri saya.
Ada juga
sebuah pengalaman dari seseorang yang mempunyai Khodam (pembantu) dari
kalangan bangsa JIN, tiba-tiba ia tidak lagi bisa berkomunikasi dengan
sang khodam, karena saat itu ia
sedang mengamalkan Ilmu Haq. Ada pula karena sedang ikut Rukyah atau
karena mendatangi orang sholeh yang dirahmati Allah ta’ala. Khodamnya
langsung minggat entah kemana.
Bagaimana dengan Ilmu di Rasa Sejati ini?
Ilmu Rasa
Sejati adalah ilmu yang dibangun dari pengembangan potensi diri.
Menguasai suatu ilmu dengan melibatkan pengalaman rasa pribadi. Dengan
cara melakukan riyadhoh (penempaan diri) melalui lelaku puasa, melek,
membaca wirid dan Asma / mantra agung dll yang dilakukan dengan
istiqomah. Harapannya agar memperoleh ilmu yang Sejati. Tidak bergantung
kepada Khodam (JIN), tidak mengandalkan orang lain, guru, paranormal
atau siapa saja kecuali hanya kepada sang pemberi hidup yaitu Tuhan YME.
Ilmu Sejati yang tidak akan hilang karena sebab melakukan suatu
perbuatan ataupun memakan sesuatu. Kecuali Tuhan telah menghendakinya.
—o0o—
Ki UmarJogja
rasasejati.wordpress.com
rasasejati.wordpress.com
Sumber: http://rasasejati.wordpress.com